23 Januari 2009

Saat Kerja 5 - Pulang duluan

Kami pernah punya Boss, yang selalu mengecek absen datang dengan absen manual, tanda tangan, walaupun sudah ada absen gesek.
Temanku yang kurang beruntung, saat terlambat, ditulis di absen tersebut "Datang terlambat" dengan tinta merah.

Suatu saat, kebiasaan Bossku tersebut adalah pulang sore mengejar kereta yang ke luar kota. Biasa, penggemar SDSB (sekali datang setor banyak), kalau Jumat harus segera pulang.

Nah, temanku tahu, kalau Pak Boss pulang, kemudia di absennya dia tulis "Pulang duluan".

Hari Senin, Pak Boss marah-marah, mencari tahu siapa yang menulisi absennya.
Tidak ada yang mau mengaku, walaupun kami semua tahu.
:-)

Saat Kerja 4 - Yakinlah walaupun salah

Mas Teguh, waktu itu membawa tamu-tamu S2 dan dibawa ke ruang O&M.
Aku sedang melakukan perbaikan lain yang selalu error dengan Kang Opik yang asli Sunda, tidak jauh dari Mas Teguh yang menerangkan ke tamu-tamu.

Ketika ada penjelasannya salah dari Mas Teguh ke tamu-tamunya, aku bilang ke Kang Opik "Kang, itu penjelasannya salah".
Kang Opik menjawab, "Har, pelajaran pertama adalah, 'YAKINLAH WALAUPUN SALAH'".

Dan memang benar, Mas Teguh selalu tampil percaya diri, sehingga sekarang (saat saya tulis ini) menjadi Boss (KaCab) di Yogya.

Keluarga 1 - Egoisnya aku

Kukuh, anakku yang saat itu baru berumur 4 tahunan, membawa sepeda kecilnya ke dalam kamar. Dia mengajak aku main sepeda (dalam rumah).
Saat itu jam 10-an pagi.

Aku jawab, "Nggak Nak, Bapak capek, baru pulang, tadi malam habis lembur di kantor, Bapak mau tidur".
Kemudian saya tuntun sepedanya keluar kamar.
Beberapa menit kemudian, dia masuk lagi ke kamar membawa sepeda kesukaannya, mengajak main lagi.

Sambil marah, aku bentak dia "Bapak capek, nanti saja".
Kukuh keluar sambil menangis, aku bisa tidur nyenyak sampai sore.

Ketika jam 6 sorean, aku lihat anak itu sudah tidur pulas.
Biasanya, jam 9-10 malam baru tidur.
Saat kupandangi & kuusap wajahnya, tak terasa air mataku mengalir.
Aku menyesal, mengapa tadi siang aku menolak bermain dengan dia.
Betapa egonya aku.

Saat Kerja 3 - Harus ada yang mengaku

Mino, teman kerjaku yang masih baru (waktu itu) aku ajak melakukan penyambungan (njegrog) kabel DDF di ruang transmisi berdua. Hal seperti harus pernah dilakukan, supaya kalau suatu saat jadi Boss, dia ingat pada anak buahnya yang njegrog kabel DDF.

Saat itu, tercium bau nggak enak, bau kentut.
Aku tanya ke dia "No, kamu kentut, ya?".
"Nggak", jawabnya.
"Ah, yang bener", sanggahku.
Tapi dia tetap ngotot tidak mengaku.

"Lho kalau kamu nggak kentut, ya berarti .... aku", jawabku dengan santai.
(Aku pikir, mungkin saja dia memang kentut bersamaan dengan aku, maka aku nggak usah ngaku :-) )

22 Januari 2009

Kost 2 - Sate saru

Tahun 94-an, kami kontrak (tepatnya teman-teman saya yang kontrak, kalau saya waktu itu cuma numpang, karena sudah keluar & tinggal di Bekasi, ternyata kalau sendirian di rumah jadi nggak kerasan) di Jl Ophir dalam Jakarta Selatan.

Suatu malam, Mas Slamet yang 'hobi' lapar, mengajak Mas Wahyono untuk membeli sate di pertigaan Jl. Bumi, dekat halte itu (sekarang haltenya masih ada nggak ya?). Dengan semangat mereka berangkat, walaupun sudah larut malam (lebih jam 22.00 an).

Beberapa saat kemudian, mereka kembali pulang sambil tertawa.
Saya tanya, "Ada apa, kok sudah kembali dan tertawa".
Mas Wahyono cerita, saat sampai di warung sate, yang jualan, laki-laki sedang tidur di kursi panjangnya, yang biasa dipakai duduk pembeli.
Masalahnya, saat tidur, kedua tangan penjual sate tersebut dimasukkan ke dalam celananya.
Huek ...... (coba bayangin).

20 Januari 2009

Kost 1 - Pencuri yang beruntung

Di PERUMDA, Tembalang, Semarang, tahun 89-an, teman-temanku ngontrak di salah satu rumah yang tanpa pagar. Sudah biasa, jalan samping rumah digunakan untuk jalan pintas ke jalan seberang untuk makan atau keperluan lain.
Dan sudah terbiasa, Krisno, salah satu temanku berangkat paling belakang, suka mepet jamnya.

Suatu saat, saat akan berangkat, Krisno ingat kalau temannya, Eko yang di Jurusan Mesin akan pulang pagi. Tak kurang akal, supaya tidak perlu mengantar kunci, dia tulis pesan di jendela dengan secarik kertas "KUNCI DI ATAS PINTU".

Ketika Eko pulang, dia masuk rumah karena pintu tidak terkunci.
Waktu ke kamar, banyak barang yang raib, dan kamar teman yang lain, juga hilang tak berbekas.

Weleh weleh ... kok ada juga maling seberuntung itu, dapat "clue" yg tokcer dr si Empunya rumah.

19 Januari 2009

Saat kerja 2 - Test call ke Jepang

Test call ngawur, saya lakukan juga, kali itu ke Jepang.
Seperti biasa, dengan santainya aku call ke Jepang, dan berlagak mau siap-siap salah sambung dengan "I'm sorry, wrong number".
Ketika telepon di seberang diangkat, langsung saja aku tanya "May I speak to Mr Kimigayo?".
Orang Jepang seperti kebingungan, dan aku pikir, dasar orang Jepasng susah berbahasa Inggris.

Di sampingku, ada Encus & mBak Endang yang tertawa terpingkal-pingkal.
Tanpa dosa, aku tanya, ngapain tertawa?
Encus jawab, "Kau sama saja bertanya, bisa bicara dengan Indonesia Raya"?
Aku pikir, Encus alias Aceng & mBak Endang ini ngomong apa .....
Dan setelah orang Jepang kebingungan, langsung aku katankan "I'm sorry, maybe it's wrong number".
Puas aku ngerjain orang Jepang.

Ketika telpon aku taruh, Encus & mBak Endang menjelaskan, bahwa "Kimigayo" itu kan lagu kebangsaan Jepang.
Lha ..... baru ingat aku, karena yang di pikiranku asal sebut nama Jepang.
Makanya mereka bilang "sama saja dengan mau bicara dengan Indonesia Raya".
He he he ...

Saat kerja 1 - Test call ke Malaysia

Di SGI Indosat Surabaya, kalau melakukan test ke luar negeri untuk memastikan link dari Surabaya ke luar negeri, saya sering menelpon dengan cara asal-asalan, yang penting sudah tersambung ke negara yang dimaksud, karena waktu itu malas menjelaskan "Ini test ini itu dst".
Yang penting, tujuan tercapai.

Suatu saat, saya test call ke Malaysia, karena ada komplain ke Malaysia susah.
Saya coba call ke Malaysia berdasarkan nomor yang dikomplainkan, dengan mengubah digit terakhir, karena siapa tahu nomor di tujuan yang bermasalah.

Saya call ke 00160... dst, terdengar di seberang jawaban, "Halo, nak bicare dengan siape nih?".
Saya jawab ngawur, "Pak Cik, bisa bicare dengan Pak Bambang?".
Pikirku, orang Malaysia pasti namanya kalau nggak Arab, Cina, ya nama India, nggak mungkin ada nama Bambang di sana.
Tak kusangka, jawaban Pak Cik di seberang, "Pak Bambang? Oke, tunggu sebentar saye panggilkan".
Langsung telepon saya tutup, malu saya.

Kehidupan 2 - Parjo Kates Kehilangan becak

Kali ini, ceritanya menyedihkan.
Parjo Kates, tetanggaku, yang pernah kehilangan sepeda di malam 1 Suro, memarkir becaknya di teras rumahnya.
Becak dikunci rantai yang cukup kuat, sehingga kalau harus memutus, harus digergaji, dan pasti akan terdengar suara gergajinya.
Maksudnya mungkin, akan aman, karena dia pasti akan terbangun mendengar suara gergaji dari orang yang berniat mencuri becaknya.

Suatu pagi, becaknya tidak terlihat di teras rumahnya.
Suara gergaji juga tidak dia dengar semalam.
Tapi becaknya hilang.

Ketika ditanya, apakah dia tidak lupa mengunci becaknya, dijawab "Tidak lupa, tadi malam saya kunci".
Ditanya lagi "Dimana kunci kau taruh sekarang?".
Dia jawab "Di dalam laci becak".

Yah ........

Kehidupan 1 - Parjo Kates kehilangan sepeda

Malam 1 Suro, di kotaku, Solo, selalu ramai dengan kirap pusaka & kebo bule.
Hampir di semua jalan penuh dengan manusia pada malam itu.

Parjo Kates, tetanggaku ikut berkeliling dengan sepeda onthelnya di sekitar Sriwedari.
Dikayuhnya sepedanya pelan-pelan, karena memang nggak mungkin bisa kencang, karena banyaknya orang.

Suatu saat, ada orang yang ingin mbonceng sepedanya, namun karena dia berpikir cerdas, maka permintaan itu diterima dengan syarat, bukan orang tersebut yang mengayuh, Parjo Kates yang mbonceng di belakang.

Saking banyaknya orang, sumpek juga jalanan, sehingga Parjo Kates turun agar sepeda tidak jatuh.
Tanpa disadari, ternyata dia sudah terpisah dengan orang yang mengayuh sepedanya. Dicari-cari juga susah, karena banyak orang.

Apes, bagi Parjo Kates, "kecerdasannya" berujung sial, kehilangan sepeda.

Dikdas 2 - Cara cerdas agar terlihat memperhatikan

Saat Dikdas, di kelas adalah saat yang sangat berat.
Bukan apa-apa, setelah olahraga pagi, mandi, makan pagi, baris sebentar, maka yang tersisa adalah 'capai', karena tiap malam juga ada latihan fisik.
Paling enak di kelas adalah ... tidur.

Berbagai cara saya tempuh, mulai dari push-up, makan telur, minum kopi dll.
Namun setelah push-up, telur habis, kopi habis, tinggal kantuk yang tersisa.
Teman-temanku selalu bertaruh, bahwa aku tidak akan bertahan melek 5 menit, dan memang mereka selalu benar.
Jadi, bagaimana pelajaran bisa masuk kalau di kelas tidur terus?
Biasanya, aku kalau malam agak susah tidur sehabis apel malam.
Aku membuat rangkuman (mirip krepekan), bahkan aku rekam.
Saat baris ke kelas, aku baca rangkuman tsb sambil mendengar rekaman (saat itu walkman masih primitif).
Dan hasilnya lumayan, setiap test, nilainya tidak di bawah rata-rata (bisa ditiru bagi mereka yang mengalami masalah yang sama) .

Saat di kelas, ada cara jitu untuk mengelabuhi mentor/pengajar.
Suatu saat, aku jadi ketua kelas, dan duduk di depan.
Seperti biasa, 5 menit aku sudah pulas.
Agar terlihat memperhatikan, saat melek sebentar, aku buka bukunya, membaca sebentar, langsung bertanya "Pak, bla - bla ini maksudnya bagaimana?".
Pengajarnya menjawab, "Mas, itu ada di halanman 46, kita baru di halaman 16".
Kontan saja, aku jadi bahan tertawaan.
Inginnya terlihat cerdas dan perhatian, tapi malu kudapat.
Terbitkan Entri

Dikdas 1 - Hantu kurang ajar

Dikdas (fisik) masuk PT Indosat kami jalani bulan Pebruari - Mei 1992.
Kami menempati mess di G7, dekat Waduk Jatiluhur.
Waduk Jatiluhur ini konon adalah waduk buatan yang pembuatannya dengan menggunakan dinamit untuk meruntuhkan bukit-bukit. Banyak nyawa melayang dalam pengerjaanya.
Cerita orang-orang di sekitar memang menakutkat, ada yang ditakuti dengan kepala tanpa badan, ada yang tertidur saat menonton TV, saat bangun sudah 'dipindah' ke tempat lain.

Di mess kami, sering teman-teman di G6 saat malam mendengar kami sedang mencuci, padahal malam itu tidak ada yang mencuci. Jadilah anggota di mess kami, jadi ngeri juga.

Muwasiq, teman termuda kami, suatu pagi bercerita saat kami akan apel pagi.
Diceritakan, bahwa ada yang menendang pantatnya, padahal Yulianus, teman sekamarnya tidur pulas. Dan tidak sekali saja dia ditendang pantatnya. Jadilah itu bumbu untuk alasan menjadi lebih takut. Dan semua percaya.

Suatu saat, Yulianus bercerita, bahwa dialah yang menendang pantat Muwasiq, sambil senyam-senyum dia.

Sontoloyo ... kami semua sempat takut juga.

Menwa 4 - Akal sehat

Ketika mendekati hari-H selesainya Latsarmil di Magelang, diadakah long-march dari Tempuran ke Secaba Magelang sebagai base-camp. Jarak (katanya) sekitar 23 Km.
Kami diminta mengisi ransel tentara dengan pasir, shg lumyan berat saat dibawa.

Tiba saatnya, kami dibawa ke Tempuran dengan melakukan berbagai kegiatan di sana, hingga sore.
Saatnya kembali ke Secaba, kami berbaris seperti layaknya pasukan.
Mula-mula memang rapi, namun lama-kelamaan jadi nggak beraturan, kulit bawah kaki banyak memar, panas, dan akhirnya berair karena bergesekan dengan sepatu. Luar biasa sakitnya kalau sudah seperti itu.

DI ransel kami, masih terbebani dengan pasir yang kami isi.
Namun ada teman kami, Nugroho, terlihat ranselnya agak kempes, padahal sebelumnya besar.
Jalannya juga tidak terlihat berbeban berat.
Ketika sampai di Secaba, kami bertanya, tas nya diisi apa?
Eh ... ternyata dia isi dengan roti, di sepanjang jalan, apabila istirahat, roti dimakan.

Hebat ... akal sehat Nugroho ini.

Menwa 3 - Siapa takut?

Sigit, temanku, ikut pembaretan Menwa.
Sigit ini berbadan gemuk, hitam, agak pendek.
Saat mengikuti Caraka malam, dia ditakut-takuti oleh salah satu Danton senior di kuburan.
Dasar Sigit ini anak pemberani, saat ditakuti, dia tidak meraa takut sedikitpun (mungkin dia sudah siap, kalau di kuburan pasti akan ditakut-takuti).
Setelah ditanya ini itu oleh Danton yg tidak berhasil menakut-nakuti, Sigit melanjutkan perjalanan.

Tidak disangka, Sigit ternyata kembali ke kuburan dengan diam-diam.
Danton yang tadi menakut-nakuti, gantian ditakut-takuti SIgit dari belakang.
Kontan saja, Si Danton kaget bukan kepalang, karena tidak menyangka ada calon Menwa yang 'kurang ajar'. SI Danton lari terbirit-birit.
Bayangin saja, dengan badan gemuk agak pendek, dan hitam, tahu-tahu ada di belakang Si Danton.
Sigit tertawa terpingkal-pingkal.

Memang jagoan Sigit.